5 Kesalahan Pola Asuh yang Merusak Psikologis Anak dan Cara Memperbaikinya


Pola asuh memegang peranan penting dalam menentukan perkembangan karakter anak di masa depan. Penuh tantangan, ada beberapa kesalahan pola asuh yang dipercaya dapat merusak psikologis anak. 

Dikutip dari CNBC Make It, salah satunya yakni pola asuh otoriter, di mana hukuman menjadi hal yang biasa agar anak menurut dan tidak membantah. 

Pola asuh ini berasal dari keyakinan bahwa agar dapat berkembang dengan baik, anak-anak perlu dihukum karena perilaku buruk dan diberi penghargaan atas perilaku baik.

Meski banyak digunakan oleh sebagian besar orang tua, kepatuhan yang ditunjukkan oleh anak sering kali diam-diam merusak psikologisnya. 

Mengapa pola asuh otoriter bisa berisiko bagi anak?

Menurut Alan Kazdin dari Yale Parenting Center, meskipun hukuman mungkin membuat orang tua merasa lebih baik, hal itu sama sekali tidak akan mengubah perilaku anak menjadi lebih baik.

"Bahkan hukuman yang ringan seperti memberi waktu sendirian juga tidak akan berhasil," ungkap Kazdin.

Beberapa penelitian lain juga menemukan hasil serupa. Alih-alih mengajarkan sesuatu yang bermanfaat, hukuman dari pola asuh otoritas justru dapat berdampak negatif pada anak-anak. Misalnya, dapat membuat bonding menjadi renggang. 

Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa anak-anak yang dihukum secara fisik (misalnya dipukul) oleh orang tuanya, lebih cenderung berperilaku agresif dalam interaksi sosial. Demikian dikutip dari Psychology Today.

Disiplin verbal yang keras (misalnya membentak) juga dapat berdampak buruk di kemudian hari, meningkatkan risiko perilaku buruk di sekolah, sering berbohong kepada orang tua dan berkelahi.

Kesalahan pola asuh yang merusak psikologis anak

Berikut beberapa kesalahan pola asuh orang tua yang berdampak merusak psikologis anak dan cara memperbaikinya:

1. Sering memberi kritik 

Memarahi dan memberi kritik pada anak secara terus menerus dapat menurunkan kepercayaan diri mereka. Anak juga akan merasa tidak berharga dan tidak mampu melakukan apa pun dengan baik. 

Pada proses pembentukan karakternya, pola asuh seperti ini dapat menyebabkan berbagai masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, dan rasa tidak aman.

Cara memperbaikinya:

Alih-alih fokus pada kesalahan, cobalah untuk lebih mengapresiasi usaha dan kemajuan anak. Jika perlu, berikan pujian atas hal-hal positif yang mereka lakukan.

Di sela waktu sibuk, luangkan waktu untuk mendengarkan anak. Berikan mereka ruang untuk mengungkapkan perasaannya.

2. Terlalu melindungi

Sebaliknya, pola asuh di mana orang tua terlalu melindungi anak dan tidak mau mereka mengalami kekalahan juga dapat membuatnya menjadi tidak mandiri dan mudah cemas. 

Jika terbiasa selalu dilayani, anak jadi tidak berani mencoba hal-hal baru sehingga akan kesulitan untuk menghadapi tantangan di masa depan. 

Cara memperbaikinya:

Berikan anak kesempatan untuk belajar mandiri, biarkan mereka bertanggung jawab sesuai dengan usianya. 

Tak masalah jika anak mengalami kegagalan, bantu mereka untuk memahami bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar.

3. Memaksakan keinginan pada anak

Setiap orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, tetapi jika terlalu dipaksakan ini juga bisa merusak psikologis anak. Mereka jadi merasa tertekan dan kehilangan rasa percaya diri. 

Cara memperbaikinya:

Pastikan Bunda selalu mau mendengarkan pendapat dan keinginan anak, biarkan mereka waktu dan kesempatan untuk mengekspresikan pemikirannya. 

Saat hendak memutuskan hal besar, berikan anak pilihan. Biarkan mereka memilih apa yang ingin mereka lakukan atau apa yang ingin mereka pelajari.

4. Membandingkan anak dengan orang lain

Kebiasaan membanding-bandingkan anak dengan orang lain, baik itu saudara kandung maupun teman sebaya, dapat membuat mereka merasa tidak berharga.

Lama-kelamaan anak jadi tidak percaya diri, rendah diri, dan tidak mau bersosialisasi dengan orang banyak.

Cara memperbaikinya:

Setiap anak memiliki bakat dan talenta yang berbeda. Bunda bisa membantu anak untuk menemukan dan mengembangkan potensinya masing-masing.

Fokus pada perkembangan individu anak. Pahami bahwa setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. 

Jika memang ingin membandingkan anak, maka bandingkan dengan dirinya sendiri di masa lalu, bukan dengan orang lain.

5. Kurang memberikan perhatian

Kasih sayang dan perhatian orang tua sangat penting bagi perkembangan emosional anak. Anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian akan merasa kesepian, tidak dicintai, dan tidak aman. 

Di masa depan, anak dengan pola asuh demikian rentan mengalami berbagai masalah psikologis seperti kecemasan dan gangguan perilaku.

Cara memperbaikinya:

Pastikan Bunda selalu menyediakan waktu berkualitas bersama anak. Tak perlu selalu pergi jalan-jalan ke luar rumah, bisa juga dengan rutinitas sederhana seperti bermain bersama, membacakan cerita, atau sekadar mendengarkan mereka saat sedang bercerita.

Tunjukkan kepada anak bahwa Bunda akan selalu ada untuk mereka. Dengarkan mereka dengan penuh perhatian dan bantu saat mereka membutuhkan bantuan.

Demikian ulasan tentang kesalahan pola asuh yang rentan merusak psikologis anak dan cara memperbaikinya. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional jika memang diperlukan ya, Bunda.

https://www.google.com/amp/s/www.haibunda.com/parenting/20240508212103-62-336735/5-kesalahan-pola-asuh-yang-merusak-psikologis-anak-dan-cara-memperbaikinya/amp



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menakar Faedah GEMOIH, Antara Seremoni, Inflasi dan Ketahanan Pangan Keluarga

Hadiri Rembuk Stunting , Ini yang Disampaikan Camat Herlang

Bersama Lima Ketua Lainnya, TP PKK Herlang Resmi Dikukuhkan